Rabu, 30 Oktober 2013

EUROPE [2008] #8 : Paris Je T'aime


Siang itu kami mendarat di Charles de Gaulle Airport (CDG) di pinggiran kota Paris dengan menumpang pesawat langka Airbus A318 milik maskapai Air France dari Geneva. Pemeriksaan imigrasi dan stempel visa Schengen dilakukan di airport Geneva, sehingga ketika mendarat di airport CDG langsung saja melenggang keluar.

As expected, terminal airport memang sudah terkenal ruwet dan membingungkan. Sejak turun dari pesawat menuju ke tempat pengambilan bagasi, lalu menuju ke stasiun kereta ditempuh dengan jalan kaki yang cukup jauh dan berliku-liku.

Dari airport kami naik kereta menuju ke stasiun kereta Gare du Nord. Jangan bayangkan kereta dari airport menuju stasiun Gare du Nord adalah kereta super modern seperti di Hongkong, Kuala Lumpur atau Shanghai. Kereta di kota Paris adalah kereta tua dengan suara yang sangat berisik.

Kami menginap di sebuah hotel bintang 3 didaerah sekitar Opera. Hotel tersebut sudah dipesan via internet dari Jakarta berdasarkan pertimbangan lokasi yang dekat dengan stasiun Metro (kereta bawah tanah), jadinya nanti akan memudahkan kalau akan pergi kemana-mana. Akan tetapi karena saat itu masih minim pengalaman, jadi lagi-lagi seperti kejadian pencarian hotel di Barcelona, saya luput membaca rekomendasi para traveller tentang hotel tersebut.

Lokasi hotel tersebut memang dekat sekali dengan stasiun Metro, akan tetapi ketika kami berjalan menyusuri jalanan kecil di hotel tersebut, suasana siang itu meriah karena banyak sekali salon-salon murah meriah dan orang-orang kulit hitam, sebagian besar adalah wanita yang sepertinya adalah wanita pekerja seks.
Sebagaimana hotel-hotel umumnya di Eropa, hotel tersebut berkamar sangat kecil tapi sangat bersih dan rapi. Mau solat saja kudu berdiri diatas tempat tidur karena nyaris tidak ada space yang tersedia di lantai.

Sore harinya kami menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan dan ngopi-ngopi di daerah Opera. Daerah ini memang sangat vibrant. Mau shopping ? Disini setidaknya ada Galleries Lafayette, Printemps dan Old England. Mau nonton film ? Disini ada beberapa bioskop besar. Mau makan atau sekedar ngopi ? Banyak sekali pilihannya. Mau nonton konser klasik juga disini salah satu pusatnya karena disini terdapat Paris Opera House.





Ketika kembali ke hotel sekitar jam 9 malam, kami menyusuri jalan-jalan yang agak gelap dan sepi menuju kembali ke hotel. Ketika itu kami dicegat oleh seorang pria negro yang mengajak berbicara dalam bahasa Perancis, teman saya langsung menjawab “sorry we can’t speak French”. Tapi orang itu terus membuntuti dan mengeluarkan sebungkus kantong kecil berwarna putih dari jaketnya. 

Ulalaaa….dia ternyata menawarkan drugs ! Saya menggeleng keras menandakan “no”dan kami mempercepat langkah setengah berlari. Beruntung lelaki hitam tersebut tidak mengikuti terus. Pengalaman yang lumayan horror di dalam itu. Another great welcome to Paris !

Hotel tersebut sebetulnya convenience karena disekelilingnya banyak sekali restoran yang sesuai dengan kantong budget travellers, supermarket 24 jam serta public laundry. Akan tetapi suasana horror dari banyaknya orang-orang kulit hitam dengan gelagat tidak baik di area itu membuat kami sangat tidak nyaman disana.

Akhirnya malam itu juga diputuskan untuk cabut dan pindah, cari hotel yang berada di area yang lebih civilized dan tetap, harus dekat dengan stasiun Metro. Beruntung saya punya kenalan lama yang sudah bertahun-tahun bermukim di Paris, dari dia saya dapat beberapa referensi area yang bisa dijadikan incaran untuk mencari hotel baru. 

Jadilah pilihannya adalah pindah ke daerah sekitar Champs Elysees.

Sebelum check-out dari hotel tersebut, saya menyempatkan diri untuk mencuci pakaian di public laundry di dekat hotel tersebut.  Agak kebingungan juga karena semua instruksi disana dalam bahasa Perancis. Tapi ditengah kebingungan tersebut seorang wanita mendekati saya dan memberikan bantuan cara memproses laundry. Dia menggunakan bahasa Perancis tapi saya bisa menangkap maksudnya dari gerak gerik tubuhnya menunjuk kesana kemari. Pendekatan yang helpful dan bersahabat dari wanita tersebut merupakan yang kedua kali saya terima sejak menjejakkan kaki di Paris, karena kemarin siang ketika sedang dalam kereta dari airport, saya yang waktu itu sedang kesulitan mengangkat koper naik ke kereta, dibantu oleh seorang laki-laki yang berdiri di dekat saya.

Meskipun banyak orang bilang bahwa Parisian adalah orang-orang yang snob, arogan dan rasis, tapi yang saya alami justru sebaliknya. Pengalaman rasis parah justru saya alami ketika saya berasa di Italy.

Akhirnya kami boyongan ke hotel Holiday Inn Champs Elysees. Meskipun suasana di sekitar hotel lebih sepi tapi hotel ini jauh lebih nyaman. Aman ? Tunggu dulu….karena ketika kami sedang check-in disana, tiga orang tamu hotel yang berasal dari Montreal Canada sedang panik, karena salah seorang dari mereka baru saja kecopetan di stasiun Metro dekat hotel : Miromesnil. Dompet beserta seluruh isinya raib. Wanita tersebut melihat seorang remaja latino menempel ke badan dia ketika menuruni tangga metro dan beberapa menit kemudian dia tersadar dompetnya amblas. Jadi saat itu mereka sedang sibuk berkoordinasi dengan pihak security hotel dan kepolisian. Dia juga tampak sibuk telfon sana-sini untuk memblokir kartu kredit dan kartu ATMnya. Sebuah sinyal awal agar kami tetap waspada selama di Paris. Keesokan siangnya ketika saya berjumpa dengan wanita tersebut di lobby hotel, saya menegur dan menanyakan perkembangan kasus dia, ternyata dompetnya sudah ditemukan dibuang di tong sampah terdekat dengan isi yang masih utuh, kecuali uang tunainya.

Banyak sekali hal-hal yang bisa dilakukan di Paris, mulai dari mengunjungi museum dan gedung-gedung bersejarah, menyaksikan pertunjukan seni & teater, shopping, makan, bahkan meski hanya duduk-duduk santai dengan secangkir kopi di keramaian kota sambil menyaksikan Parisian berlalu lalang, semuanya memberikan pengalaman yang tidak terlupakan. The city and the people are so chic !

Dari hotel kami bisa berjalan kaki santai menuju ke wilayah terkenal Champs Elysees. Selain daerah Opera yang terkenal sangat vibrant di kota Paris, Champs Elysees juga merupakan area yang sangat meriah, ada banyak sekali butik merk premium dunia, toko, restoran dan café bertebaran disini. Disaat musim panas, area ini akan dipenuhi oleh turis-turis dari Timur Tengah, yang sebagian dari mereka belanja gila-gilaan disini.




Kami mampir ke toko CD Virgin Store yang lumayan besar di jalan ini. Disini pastinya bisa didapatkan CD music penyanyi-penyanyi Perancis yang agak sulit didapat di Indonesia, semisal Patrick Fiori, Patrick Bruel, Amel Bent, dan lain-lain. Di salah satu bagian rak berjejer wajah Jawa manis Anggun sebagai cover CD album-albumnya.

Disini juga terdapat toko besar Nike yang melayani pemesanan sepatu yang sesuai ukuran kaki. Juga terdapat butik besar Louis Vuitton yang ketika kami melewatinya, saya mendengar serombongan keluarga berbahasa Jawa Timuran akan masuk kesana.

Kami menghabiskan 4 hari di Paris dengan mengelilingi hampir semua obyek turis disana. Mulai dari Museum Louvre yang gedenya minta ampun dan koleksinya memang membuat kita melongo. Gereja Notre Dame yang merupakan symbol perpaduan kehidupan relijius dan seni. Kehidupan seniman di distrik cantik Montmartre yang terletak di perbukitan. Dan pastinya icon kota Paris, Menara Eiffel. Tapi kami tidak sempat naik keatas karena antrian menaiki menara yang sudah mengular entah berapa puluh meter panjangnya.





Ketika sedang jalan kaki kembali ke hotel di malam terakhir di Paris, kami melewati sebuah restoran Thailand, yang mengeluarkan aroma khas makanan Thailand yang sangat khas. Cukup sudah perjalanan 11 hari di Eropa makan makanan yang relative murah meriah demi mengirit biaya. Saya lalu menghitung sisa uang tunai Euro yang saya miliki, demikian juga teman saya. Ternyata sisa uang masih banyak ! Jadilah kami masuk ke restoran itu untuk melepas selera makan sepuas-puasnya. Makanan termahal yang kami makan selama perjalanan di Eropa tahun itu! Masing-masing kena sekitar enam ratus ribu rupiah…kelaparan yang merobek kantong !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar