Jumat, 25 Oktober 2013

EUROPE [2008] #1 : Roma Yang Tidak Sukses



“The city is beautiful, but not really impress me”



Excited ? Pastinya ! Karena ini adalah perjalanan pertama saya ke Italy, setelah selama bertahun-tahun cuma bisa berkhayal kapan ya bisa pergi ke Italy. Rute yang akan ditempuh adalah Roma – Pisa – Venice – Milan.


Perjalanan dimulai dari Heathrow Airport, London. Saya akan menumpang pesawat Alitalia menuju ke Roma. Terbang pertama kali dengan Alitalia pastinya membuat perjalanan semakin menyenangkan. Interior pesawat terkesan kuno, dengan dominasi kursi warna hijau tua yang merupakan warna khas Alitalia. Baru saja duduk di pesawat, nuansa Italy sudah terasa sangat kental karena sebagian penumpang ribut ngobrol dalam bahasa Italy dan dengan volume suara yang lumayan keras.

Saya pikir orang Italy ini mirip orang Batak ya…kalau berbicara sama-sama keras dengan intonasi yang khas dan sama-sama suka menyanyi !
Pengalaman pertama terbang dengan Alitalia sedikit ternoda karena sikap para awak kabin yang tidak simpatik, tepatnya rasis !. Mereka ramah, bahkan sangat ramah sampai tertawa-tawa dan mengobrol kepada penumpang berbahasa Italy. Kepada penumpang berbahasa Inggris mereka hanya berbasa basi seperlunya. Akan tetapi kepada penumpang kulit berwarna, mereka pasang muka tidak bersahabat, bertanya mau makan apa dengan muka sepak dan memberikan nampan makanan sambil membuang muka tanpa melihat kepada penumpang.
Oh ya, pengalaman rasialis seperti itu ternyata kemudian berlanjut selama di Italy. Berkali-kali saya mendapati perlakuan tidak simpatik dari petugas hotel, pelayan restoran, pelayan café serta petugas internet café.
Pengalaman rasialis di dalam pesawat tersebut melengkapi mood jelek perjalanan karena sebelumnya pesawat juga sudah delay sampai 3 jam saat akan berangkat dari London. Rencana untuk sampai di Roma sore hari menjadi berantakan karena akhirnya pesawat landing di Fiumoccino saat langit sudah gelap.
Pesawat mendarat dengan mulus di airport Leonardo DaVinci - Fiumiccino di pinggiran kota Roma ketika jarum jam menunjukkan sekitar jam 7 lewat. Dari sini kami menggunakan kereta menuju ke Stasiun Kereta Termini di pusat kota Roma. Begitu masuk gerbong kereta, saya terkagum-kagum atas ketidak bersihan kereta di Italy, keretanya kusam dan kotor.
Perjalanan dari airport Fiumiccino menuju stasiun Termini memakan waktu sekitar 30 menit. Berhubung banyak cerita pencopetan dan penjambretan di stasiun Termini, saya agar khawatir juga berjalan kaki keluar stasiun ini di malam hari untuk menuju hotel yang terletak di sekitar stasiun Termini.  Saya sebetulnya selalu menghindari tiba di daerah yang sama sekali baru di malam hari atas alasan keamanan dan kenyamanan.
Suasana di sekitar stasiun memang agak gelap, ditambah dengan gedung-gedung tua di semua sudut membuat suasana disini cocok untuk film-film horor atau film-film kriminal. Beruntung di beberapa titik terlihat polisi sedang berpatroli sehingga memberi sedikit rasa aman.
Saya menginap di Hotel Villa DelleRose di Via Vicenza, yang berjarak hanya beberapa ratus meter dari stasiun Termini. Awalnya agak kebingungan juga mencari lokasi hotel karena daerah yang cukup gelap, jadi kami tidak bisa membaca dengan jelas nama jalan yang menempel di bangunan disana.
Hotel ini merupakan hotel kuno, yang pada tahun 2008 itu masih belum direnovasi (kalau saya intip di internet sepertinya sekarang sudah lebih baik kondisinya). Begitu masuk ke dalam kamar, yang tercium adalah bau pengap dan bau karpet yang sudah lama & kotor. Hmmm…bayar hotel dengan rate diatas USD 100 semalam, dapat kondisi seperti ini !
Benar saja, besok pagi teman travelling saya bangun dengan kambuhnya alergi debu rumahnya ! Dia batuk-batuk dan gatal-gatal sejak malam dan tidak bisa tidur. Akibatnya, agenda pertama keesokan paginya adalah mencari apotik untuk mencari obat alergi. Sempat terbersit wacana untuk ganti hotel, tapi urung karena kondisi dia sudah membaik setelah minum obat.
Perjalanan di Roma bisa saya simpulkan “biasa saja” karena nyaris tidak ada pengalaman yang berarti. Saya menikmati indahnya bangunan-bangunan dan monumen-monumen disana, akan tetapi di setiap obyek turis tersebut penuh sesak sama manusia. Sepertinya saat itu turis dari berbagai negara beramai-ramai datang ke Roma. Sangat sulit memotret obyek wisata disana tanpa adanya gangguan penampakan orang-orang asing tersebut. Ketika tiba di Cathedral St. Petrus Basilica pun antrian masuk mengular panjangnya bermeter-meter.







Jadi kesimpulannya, pengalaman di Roma ini flat, tidak ada sesuatu yang membuat excited !



Tidak ada komentar:

Posting Komentar