Setelah menginap di Zurich dan langsung mati gaya dengan kota tersebut, keesokan harinya perjalanan dilanjutkan dengan day trip ke Luzern.
Perjalanan singkat 40 menit dengan menumpang kereta. Berbeda dengan kereta di Italy, kereta di Swiss jauh lebih bersih dan terawat.
Ketika berangkat dari Zurich di pagi hari, cuaca cerah dan agak hangat sehingga saya memutuskan hanya memakai jaket tipis, lebih tepatnya windbreaker. Tapi dalam perjalanan saya melihat cuaca agak sedikit berubah, dan benar saja, begitu melangkah keluar dari stasiun kereta Luzern, suhu ternyata sudah drop, mungkin dibawah 10 derajat Celcius. Alamak !
Liburan bukan lagi sebuah kenikmatan, tapi menjadi petaka ketika berjalan kaki menyusuri danau Luzern ditengah kota sambil menggigil ngilu diterpa angin kencang yang dingin. Boro-boro bisa menikmati keindahan pemandangan kota Luzern, pikiran saya langsung blank dihajar bekunya angin dari pegunungan di sekeliling. Teman travelling saya masih sedikit beruntung karena jaket yang dia gunakan lebih tebal, plus ketebalan lemak tubuhnya lebih tinggi dari saya.
Dari pada blank tidak bisa berpikir karena kedinginan, saya memutuskan bahwa tujuan pertama disini adalah toko pakaian ! Disana, saya terpaksa menggesek kartu kredit untuk membeli sepasang pakaian dalam thermal dengan harga yang lebih mahal dari pada di berbagai tempat di dunia. Namanya juga terpaksa !
Dua orang pelayan toko pakaian adalah wanita Asia, dan dari logatnya saya langsung menebak mereka adalah wanita Thai. Sambil bertransaksi saya bertanya-tanya sudah berapa lama disini ? Sudah jadi warga negara Swiss ? Mereka sudah 5 tahun tinggal dan bekerja disini. Ketika menjawab tentang pertanyaan kewarganegaraan, mereka mencibir dan menjawab susah untuk menjadi warna negara disini.
Setelah suhu tubuh menjadi stabil, otak saya baru bisa diajak berpikir mau kemana kaki akan melangkah selanjutnya.
Luzern, kota danau yang dikeliling gunung-gunung bersalju, sangat cocok untuk tempat berlibur, melepas penat otak dari hingar bingar kejaran dateline pekerjaan.
Kehidupan dunia terasa melambat di kota ini, karena tidak ada macet, jalanan yang lancar dan pejalan kaki berjalan santai kesana kemari.
Setelah menghangatkan badan dengan secangkir café latte panas, kami mengeksplor kota kecil cantik ini dengan berjalan kaki, dimulai dari old square dengan jajaran bangunan-bangunan tua yang sebagian besar berfungsi sebagai toko, restoran/café/bar atau hotel.
Obyek menarik lainnya adalah Chapel Bridge. Jembatan ini dibangun konon pada abad 14 untuk menghubungkan kota dengan Kapel St. Peter. Di langit-langit dan kayu-kayu jembatan terdapat banyak lukisan-lukisan.
Diujung jembatan terdapat Water Tower.
Di area taman, masih di pinggir danau, tampak beberapa orang asyik bermain gundu hehehe
Sungguh kota mungil yang apik dan artistik. Tempat yang menyenangkan untuk berlibur, tapi akan jadi tempat yang mahal sekali untuk hidup dan tinggal disini.
Tadi pikiran gue kalo dibawah 10 derajat, bakal gelap n berkabut gitu, tapi ternyata cerah juga yah. Trus orang yang maen gundu, kayaknya enak aja tuh pake kaos yah om. Emang suhu di Pasar minggu sama di Luzern beda jauh yak, hehehehehehehehe
BalasHapusNggak mesti, saya pernah di Stockholm cuacanya minus tapi mataharinya keras bangeeeeet cahayanya.
BalasHapusBtw yang main gundu orang sana yaaak....kulit mereka udah baal hehehehe